Minggu, 21 April 2013



Pintu Masuk Goa Gebyok

Tak ada rotan, akar pun jadi. Mungkin ini satu-satunya pepatah pelipur lara ketika kita mencari alternatif lain disaat keinginan semula tak tercapai. Awalnya bulan maret 2013 saya punya keinginan terpendam untuk mengunjungi sebuah pulau kecil di ujung barat pulau Sumbawa. Namun apa daya ternyata Gagal Berangkat!!! Akhirnya saya melihat-lihat lagi penawaran dari seorang teman untuk mengikuti trip caving di Goa Gebyok gunung kidul, Jogjakarta. Ceritanya begini : teman saya itu sudah dua kali mengikuti trip yang sama yang diadakan Katamata Adventure, dan yang terakhir adalah trip caving di Goa Cokro dan Goa Senen. Ya memang kedua goa tersebut sudah di kelola secara rapi, meskipun masih tergolong sebagai wisata minat khusus. Tapi disaat membaca penawaran trip ke Goa Gebyok ini, aku jadi semakin penasaran, karena sama sekali tidak aku temukan informasi mengenai goa ini di internet. Hanya satu halaman penawaran dari sebuah Adventure Organizer di Jogja yang menyinggung paket caving mereka di goa ini, tanpa mencantumkan foto dan menyebutkan level kesukaran goa ini. Sebelum tulisan ini saya posting, memang ada tulisan dari mbak Femi tentang Goa Gebyok. Yup, memang karena mbak Femi itu salah satu teman seperjuangan saya ketika akrobat di dalam Goa.  Jadi kalau trip goa Senen dan Goa Cokro sudah masuk kategori wisata minat khusus, berarti  trip Goa Gebyok ini bisa di katakan wisata minat khususil khusus (lebih khusus). Sebenarnya trip yang di adakan ini bersifat tertutup dan sangat selektif dalam memilih peserta. Karena perjalanan di dalam goa sendiri akan memakan waktu kurang lebih 8 jam dengan cara rappelling sampai 4 kali mengingat Goa Gebyok ini memiliki tipe semi vertikal. Ditambah lagi dengan lorong yang sempit, di aliri sungai bawah tanah dan sebelum pintu keluar terdapat lorong yang berdiameter sekitar 40 cm. jadi benar-benar ukuran tubuh dan nyali menjadi perhitungan pihak penyelenggara.

Sesuai kesepakatan, meeting point di depan stasiun Tugu Jogja pukul tujuh pagi. Dari sini kita menuju ke pantai Siung, Gunung Kidul Jogja dengan lama perjalanan kurang lebih dua jam. Gunung kidul terkenal dengan potensi pariwisata goa dan pantai yang indah. Tidak heran karena Gunung Kidul merupakan daerah pegunungan karst, jadi hampir di setiap kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul ini rata-rata terdapat hampir sekitar 30 goa yang sudah di temukan. Termasuk salah satunya goa yang sudah di buka untuk umum seperti goa pindul, kalisuci, goa cokro, goa senen, dan goa Jomblang yang paling besar.
Pantai Siung Gunung Kidul
Persiapan Caving

Basecamp kami terletak di sebuah warung di pantai Siung, disini kami menyiapkan segala peralatan dan sekaligus briefing mengenai kondisi goa dan lain-lain. Peralatan yang wajib di pakai oleh setiap peserta adalah helm, senter kepala, sepatu, harness, persediaan air secukupnya dan pakaian yang nyaman untuk berbasah-basah. Setelah beristirahat cukup dan makan siang di basecamp yang ada di Pantai Siung, kami pun berangkat menuju goa Gebyok menggunakan kendaraan jeep. Dari tempat parkir kendaraan kami masih harus berjalan kurang lebih 1 Km melintasi perkebunan warga untuk menuju lokasi mulut goa. Jika di lihat dari jalan setapak perkebunan, pintu masuk goa ini hampir tidak terlihat. Pintu ini tersembunyi di balik pohon bambu dan terletak sedikit lebih tinggi dari jalan setapak, ditambah lagi kondisi lubang masuk vertikal yang menyerupai sebuah rekahan di tanah. Untuk masuk ke dalam mulut goa harus menggunakan teknik rappelling atau teknik menuruni bukit dengan menggunakan tali. Dari dalam mulut goa ini, cahaya matahari seakan melukis di langit-langit goa, di temani suara gemericik air sungai menemani suasana sunyi menembus kegelapan abadi.
Rapelling

Awal perjalanan kami memasuki goa gebyok ini di sambut dengan lorong yang sangat besar, dan berair. Kurang lebih 90% selama perjalanan saya di goa gebyok ini mengikuti aliran sungai di dalam goa, meskipun begitu, goa ini aman untuk di telusuri. Menurut mas Agus tim leader kami sekaligus pemerhati speleologi, ada 2 tipe goa secara umum, yaitu goa aktif dan goa fosil. Goa aktif biasanya berair dan masih terpengaruh oleh kondisi di luar goa, sedangkan goa fosil, kondisi di dalamnya tidak terpengaruh oleh kondisi di luar goa. Jadi meskipun goa Gebyok ini masih terdapat aliran air, namun bisa di katakan masuk ke dalam kategori goa fosil. Pada saat kami melakukan penyusuran, terjadi hujan lebat di luar goa, namun kondisi kenaikan debit air di dalam goa tidak sampai ekstrim dan masih aman untuk di lalui. 

Menunggu giliran turun
Ruang Pertama
Selama perjalanan di dalam goa, kami harus merayap, merangkak dan bergelantungan di tali. Karena itu sebaiknya kita harus memakai sarung tangan agar telapak tangan kita tidak terluka terkenan bebatuan yang tajam. Namun perlu di ingat agar selama perjalanan ini kita tidak menyentuh sembarangan dinding goa, terlebih lagi untuk bebatuan aktif yang berwarna putih. Karena jika kita menyentuh bebatuan itu, bisa mengakibatkan pertumbuhan batu tersebut akan terhenti. Selalu was was, dan memperhatikan langkah kaki kita dan sesekali menengok ke atas apakah ada stalagtit di atas kepala kita. Kebanyakan interior goa berupa stalagtit akan rusak karena berbenturan dengan helm atau terkadang karena sentuhan tangan manusia. Sesekali kami mematikan lampu senter kami sekedar ingin merasakan sensasi kegelapan abadi di dalam Goa Gebyok. Dalam suasana gelap pekat, kami pun mencoba untuk terdiam sejenak. Hanya merasakan gemericik air yang terdengar, kegelapan abadi di mana-mana, benar-benar luar biasa.

Interior di dalam goa ini semakin mengusik ketertarikanku, bebatuan aktif yang seolah bersinar jika kita sorot dengan senter, belum lagi serangga-serangga albino. Mulai ruangan aula yang sangat luas, sampai dengan lorong selebar selokan dan belum lagi lorong-lorong air yang mengeluarkan hawa hangat benar-benar membuat andrenalinku tumpah. Terpeleset di saat rappelling dan reflek ketika mendengar aba-aba “rock fall!”, sepertinya menjadi santapan buat para pecinta goa. Namun semua itu tidak membuatku menjadi kapok, dan suatu saat aku pasti akan mengunjungi gunung kidul lagi.
















0 komentar:

Posting Komentar